TUGAS MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN
TENTANG
DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH ;
NAMA
; ARUM SUANDI
KLS III-1 PSIK
semester VI
STIKes
MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2011
Dampak pemanasan
global bagi kesehatan lingkungan
A.
PENGERTIAN
PEMANASAN GLOBAL
Pemanasan global atau
Global Warming
adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut,, dan daratan
Bumi.Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ±
0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar
peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan
besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat
aktivitas manusia melalui efek rumah
kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah
dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan
tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa
kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim
yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan
meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990
dan 2100.Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan
skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang,
serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda.
Meningkatnya
suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti
naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang
ekstrim,serta perubahan jumlah dan pola presipitai. Akibat-akibat pemanasan
global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan
punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa
hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang
diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta
perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke
daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik
di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi
atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap
konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di
dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada
pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
B. PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL
1. Efek rumah kaca
Segala sumber
energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi
tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika
energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang
menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan
memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra
merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap
terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara
lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang
radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang
yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan
Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata
tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas
tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin
meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang
terperangkap di bawahnya.
Efek rumah
kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena
tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata
sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C
(59 °F)dari temperaturnya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi
hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi
sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan
mengakibatkan pemanasan global.
2. Efek umpan balik
Anasir
penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik
yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus
pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2,
pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke
atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus
berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu
kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih
besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan
balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relative udara
hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat).
Efek umpan
balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila
dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke
permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat
dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra
merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya
menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail
tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit
direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila
dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim
(sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan
Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada
peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif
(menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan
IPCC ke Empat.
Umpan balik
penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es.Ketika temperatur global meningkat, es
yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat.
Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan
terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih
sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak
radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak
lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan’
3. Variasi matahari
Terdapat
hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan
diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan
saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah
kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer
sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer
bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan
terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini.
(Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi
penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi
Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan
efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan
sejak tahun 1950.
Ada beberapa
hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah
diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University
mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50%
peningkatan temperatur rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar
25-35% antara tahun 1980 dan 2000.
Siklus
Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat S"keterangannya"
selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap
pemansan global. Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa
tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun
1985, baik melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar
kosmis.
C. MENGUKUR PEMANASAN
Pada awal
1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan mengubah
komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata global. Hasil
pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di
atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat.
Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan
konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Temperatur
terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi
lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh data-data yang
menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada akhir
1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data
statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.Stasiun cuaca pada
awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran temperatur
akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan
juga panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan..
Jika emisi
gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi
karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal
abad ke-22 bila dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi
perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim
ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi
masalah ini dengan risiko populasi yang sangat besar
a.
model iklim
Para ilmuan
telah mempelajari pemanasan global berdasarkan model-model computer berdasarkan
prinsip-prinsip dasar dinamikan fluida, transfer radiasi, dan proses-proses
lainya, dengan beberapa penyederhanaan disebabkan keterbatasan kemampuan komputer.
Model-model ini memprediksikan bahwa penambahan gas-gas rumah kaca berefek pada
iklim yang lebih hangat. Walaupun digunakan asumsi-asumsi yang sama terhadap
konsentrasi gas rumah kaca di masa depan, sensitivitas iklimnya masih akan
berada pada suatu rentang tertentu.
Dengan
memasukkan unsur-unsur ketidakpastian terhadap konsentrasi gas rumah kaca dan
pemodelan iklim, IPCC memperkirakan pemanasan sekitar 1.1 °C hingga
6.4 °C (2.0 °F hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
Model-model iklim juga digunakan untuk menyelidiki penyebab-penyebab perubahan
iklim yang terjadi saat ini dengan membandingkan perubahan yang teramati dengan
hasil prediksi model terhadap berbagai penyebab, baik alami maupun aktivitas
manusia.
Model iklim
saat ini menghasilkan kemiripan yang cukup baik dengan perubahan temperature
global hasil pengamatan selama seratus tahun terakhir, tetapi tidak mensimulasi
semua aspek dari iklim.Model-model ini tidak secara pasti menyatakan bahwa
pemanasan yang terjadi antara tahun 1910 hingga 1945 disebabkan oleh proses
alami atau aktivitas manusia; akan tetapi; mereka menunjukkan bahwa pemanasan
sejak tahun 1975 didominasi oleh emisi gas-gas yang dihasilkan manusia.
Sebagian
besar model-model iklim, ketika menghitung iklim di masa depan, dilakukan
berdasarkan skenario-skenario gas rumah kaca, biasanya dari Laporan Khusus
terhadap Skenario Emisi (Special Report on Emissions Scenarios / SRES)
IPCC. Yang jarang dilakukan, model menghitung dengan menambahkan simulasi
terhadap siklus karbon; yang biasanya menghasilkan umpan balik yang positif,
walaupun responnya masih belum pasti (untuk skenario A2 SRES, respon bervariasi
antara penambahan 20 dan 200 ppm CO2). Beberapa studi-studi
juga menunjukkan beberapa umpan balik positif.
D. DAMPAK PEMANASAN GLOBAL
1. Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuan
memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan
Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah
lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan
mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut.
Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan
mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi
salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan
lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari
akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat
akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan.
Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan
meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan
karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan
meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih
banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan
cahaya matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses
pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah
hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit
pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam
seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air
akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi
lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin
dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh
kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan
pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan
terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
2. Peningkatan permukaan laut
Ketika
atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga
volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga
akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih
memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah
meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan
IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inchi) pada
abad ke-21.
Perubahan
tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan
100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen
daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit
pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat
air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana
yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara
miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan
sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan
50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di
Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area
perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi
sebagian besar dari Florida Everglades.
3. Suhu global cenderung meningkat
Orang mungkin
beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari
sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian
Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih
tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan
pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat
tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung
yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin,
yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan
masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan
penyakit yang lebih hebat.
4. Gangguan ekologis
Hewan dan
tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini
karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global,
hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat
lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan
menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau
selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan
mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju
kutub mungkin juga akan musnah.
E. DAMPAK PEMANASAN GLOBAL BAGI KESEHATAN
Pada awal
tahun ini , Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) melalui hari Kesehatan Sedunia
yang bertemakan ?Menjaga Kesehatan dalam menghadapi perubahan iklim?
(Protecting Health for Climate Change) mengingatkan kita akan adanya perubahan
iklim yang dapat mempengaruhi kesehatan penduduk dunia, demikian juga di
Indonesia.
Perubahan
iklim merupakan fenomena alam yang menjadi tantangan kita pada abad ini. Dengan
perubahan iklim tersebut memaksa kita untuk merubah pola hidup dan berubahnya
peradaban manusia yang lebih baik, memperhatikan lingkungan dan hal-hal lain
yang tidak bertentangan dengan hukum alam. Namun akibat perubahan dunia dan
aktifitas manusia modern, maka konsekuensi dari aktifitas ini adalah fenomena
pemanasan global akibat efek rumah kaca. Efek rumah kaca ini disinyalir adalah
akibat dari adanya emisi gas dari hasil kegiatan manusia
Pemanasan
global tak hanya berdampak serius pada lingkungan manusia di bumi namun juga
terhadap kesehatan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam pertemuan tahunan di
Genewa mengatakan bahwa berbagai penyakit infeksi yang timbul diidentifikasi
terkait dengan perubahan lingkungan hidup yang drastis. Kerusakan hutan,
perluasan kota, pembukaan lahan untuk pertanian, pertambangan, serta kerusakan
ekosistem di kawasan pesisir memicu munculnya patogen lama maupun baru.
Berbagai penyakit yang ditimbulkan parasit juga meningkat terutama di wilayah
yang sering mengalami kekeringan dan banjir. Dampak lain yang terasa adalah
nyamuk-nyamuk semakin berkembang biak. Dua penyakit serius akibat gigitan
nyamuk, yaitu malaria dan demam berdarah dengue, sangat sensitif terhadap
perubahan iklim..
Ada 3 dampak pemanasan global
bagi kesehatan kita adalah
a.
Perubahan cuaca dan lautan
dapat
berupa peningkatan temperatur secara global (panas) yang dapat mengakibatkan
munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke)
dan kematian, terutama pada orang tua, anak-anak dan penyakit kronis.
Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul
kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan
permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan
kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai
dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul
penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma
psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
b. Pergeseran ekosistem
dapat memberi
dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases)
maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases).
Mengapa hal ini bisa terjadi? Kita ambil contoh meningkatnya kejadian Demam
Berdarah. Nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit ini memiliki
pola hidup dan berkembang biak pada daerah panas. Hal itulah yang menyebabkan
penyakit ini banyak berkembang di daerah perkotaan yang panas dibandingkan
dengan daerah pegunungan yang dingin. Namun dengan terjadinya Global Warming,
dimana terjadi pemanasan secara global, maka daerah pegunungan pun mulai
meningkat suhunya sehingga memberikan ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini
berkembang biak.
c.
Degradasi Lingkungan
yang disebabkan oleh pencemaran
limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne
disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang
tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit
saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung
dan paru kronis, dan lain-lain. .Demikian besar pengaruh pemanasan global
terhadap kesehatan kita
1. Pemanasan Global dan Dampaknya Bagi Kesehatan
pemanasan Global (Global Warming), terjadi disebabkan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi.
- Karena bumi menyerap lebih banyak energi matahari, daripada yang dilepas kembali ke atmosfer (ruang angkasa).
- Menyebabkan terjadinya peningkatan emisi gas.
- aMenimbulkan peningkatan panas bumi dan pencairan kutub es.
Pemicu utamanya adalah meningkatnya emisi karbon,
akibat penggunaan energi fosil (bahan bakar minyak, batubara dan sejenisnya).
Penghasil terbesarnya adalah negeri-negeri industri
seperti Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Kanada, Jepang, China, dll.
- Ini diakibatkan oleh pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat negera-negara utara yang 10 kali lipat lebih tinggi dari penduduk negara selatan.
iklim
memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk diantaranya
kesehatan.Pemanasan global dapat meningkatkan faktor resiko dan penyakit yang
mengancam kesehatan manusia secara global, diantaranya;
- malnutrisi mengakibatkan kematian 3,7 juta jiwa per tahun,
- diare mengakibatkan kematian 1,9 juta jiwa,
- dan malaria mengakibatkan kematian 0,9 juta jiwa.
Suhu yang lebih panas juga berpengaruh pada
produksi makanan, ketersediaan air dan penyebaran vektor penyakit.BADAN
Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa pemanasan global (global warming)
akan banyak berdampak bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Perubahan
temperatur dan curah hujan yang ditimbulkan memberikan kesempatan berbagai
macam virus dan bakteri penyakit tumbuh lebih luas.WHO mengatakan, selain virus
dan bakteri penyakit berkembang pesat, secara tidak langsung pemanasan global
juga dapat menimbulkan kekeringan maupun banjir.
- Kekeringan mengakibatkan penurunan status gizi masyarakat karena panen yang terganggu
- Banjir menyebabkan meluasnya penyakit diare.
Dampak
yang paling ytata antara lain:
- Banjir
- Kebakaran hutan
Hal ini berdampak terhadap kesehatan manusia,
misalnya :
- kwalitas air yang kita minum
- Udara yang kita hirup
- Makanan yang kita makan
1. Banjir (Paradoks Korban Banjir )
- Pemanasan global membuat penumpukan uap air di udara semakin besar.
- Ketika daerah perkotaan tergenang, muncul paradoks yang khas. Penduduk kehausan di tengah genangan air.
- Dari situlah berjangkit penyakit diare dan Leptospirosis
2. Kebakaran hutan
- Kebakaran hutan itu mengusik ekosistem bumi dari dua segi. Material kayu dan serasah yang terbakar itu menghasilkan gas-gas rumah kaca yang menimbulkan pemanasan global. Sedangkan asap hitamnya menganggu secara langsung kehidupan manusia.
- Asap yang mengandung debu halus dan berbagai oksida karbon itu menyebabkan gangguan pernapasan dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), mulai asma, bronkhitis hingga penyakit paru obstruktif kronis (COPD).
- Asap tersebut juga membawa racun dioksin yang bisa menimbulkan kanker paru dan gangguan kehamilan serta kemandulan pada wanita.
Adapun
dampak-dampak yang lain:
1.
Dampak secara langsung
- Pada suhu panas manusia rentan sakit, Penyakit Saluran Pernafasan
2.
Dampak tidak langsung
- Meningkatnya penyakit menular, antara lain : Malaria, DBD, Chikungunya, Penyakit yang ditularkan melalui udara dan air
3.
Dampak jangka panjang,
- Terjadinya konflik psikologi, mis:. stress.
4.
Penyakit lama timbul kembali
- Penyakit Malaria
pada penyakit
malaria adalah fektor penyebab penyakit adalah Nyamuk di mana proses
terjadinya
- Udara panas dan lembab itu paling cocok buat nyamuk malaria (Anopheles), dan nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti). Dulu, jenis kedua nyamuk penebar maut ini lebih sering muncul di musim pancaroba, transisi antara musim hujan dan kemarau.
- Kini rentang waktu serangan kedua serangga itu hampir di sepanjang tahun. Udara panas dan lembab berlangsung sepanjang tahun, ditambah dengan sanitasi buruk yang selalu menyediakan genangan air bening untuk mereka bertelur. Maka, kini virus malaria yang dibawa Anopheles dan virus dengue yang dibawa nyamuk Aedes aegypti dapat menyerang sewaktu-waktu secara ganas.
- Akibat pemanasan global, siklus inkubasi ekstrinsik virus penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) di tubuh nyamuk Aedes aegyti dan siklus inkubasi ekstrinsik virus penyebab Malaria di tubuh nyamuk Anopheles menjadi lebih pendek dan Masa inkubasi kuman lebih singkat. Populasi mereka lebih mudah meledak. Akibatnya, kasus demam berdarah lebih mudah meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
- Karena itu, upaya pencegahan penyakit harus dilakukan secara menyeluruh. Tidak hanya menangani penyakitnya saja, tetapi "Faktor lingkungan fisik dan biologis harus pula dikendalikan dengan cara memodifikasi lingkungan agar vektor malaria dan demam berdarah tak bisa berkembang biak,“
5.
Penyakit degeneratif
- Penyakit jantung, Penyakit paru-paru.
6.
Dampak penipisan ozone antara lain meningkatnya intensitas sinar ultra violet
- Kanker kulit, Katarak, penurunan daya tahan tubuh, dan pertumbuhan mutasi genetik.
7.
Memperburuk penyakit-penyakit umum
- Asma dan alergi.
8.
Meningkatkan kasus-kasus kardiovaskular
- Kematian yang disebabkan penyakit jantung dan stroke. gangguan jantung dan pembuluh darah
F. Pengendalian pemanasan global
Konsumsi
total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun.
Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada
yang dapat mencegah pemanasan global di masa depan. Tantangan yang ada saat ini
adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk
mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan.
Kerusakan
yang parah dapat di atasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi
dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya,
pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih
tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan
dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah
yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara
perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang
lebih dingin.
Ada dua
pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas
tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration
(menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
1. Menghilangkan karbon
Cara yang
paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan
memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang
muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak,
memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh
dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di
banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan
kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan
pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini
adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin
bertambahnya gas rumah kaca.
Gas karbon
dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan
(menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak
bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga
bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur
minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah
satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, dimana karbon dioksida yang
terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer
sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang
karbon dioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar
fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada abad ke-18. Pada saat
itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh
minyak bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai
biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan
bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbon
dioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbon dioksida lebih
sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan
batubara. Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir
lebih mengurangi pelepasan karbon dioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun
kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, bahkan
tidak melepas karbon dioksida sama sekali.
Adapun
penagulangan dalam bidang lain adalah;
a. Transportasi
- Hindari menggunakan pesawat terbang untuk jarak kurang dari 500 km.
- Tinggalkan mobil di rumah untuk jarak yang tidak terlalu jauh.
- Gunakan kendaraan umum, kurangi polusi.
- Gunakan sepeda untuk perjalanan jarak pendek.
- Matikan mobil jika menunggu lebih dari 30 detik.
- Panaskan mobil seperlunya.
- Periksa tekanan ban mobil. Kurangnya tekanan menyebabkan boros bahan bakar.
- Turunkan barang dari bagasi jika tidak dibutuhkan.
- Rawatlah sistem pengeluaran polusi kendaraan bermotor Anda.
b. Di Kantor dan Sekolah
- Matikan perangkat kantor di malam hari dan saat libur.
- Matikan monitor komputer saat istirahat.
- Matikan lampu jika tidak digunakan.
- Gunakan perangkat kantor hemat energi.
- Lakukan audit energi untuk penghematan.
- Jangan tinggalkan alat-alat elektronik dalam keadaan stand-by.
- Hemat kertas dengan mencetak bolak-balik.
- Hemat pemakaian tisu.
- Mengurangi pemakaian AC, gunakan kipas angin.
- Menanam pohon di sekitar pekarangan Anda.
- Ikut mendukung kampanye pelestarian alam.
c. Di Rumah
- Tutup kran air dengan rapat.
- Hemat air untuk mandi.
- Gunakan mesin cuci hanya jika cucian banyak.
- Matikan lampu dan alat elektronik jika tidak digunakan.
- Panaskan air untuk minum seperlunya.
- Pilih alat elektronik hemat energi.
- Gunakan lampu hemat energi.
- Pasang pemanas bertenaga matahari di atap rumah.
- Ganti tisu dengan lap kain.
- Mengurangi pemakaian AC, gunakan kipas angin.
- Menanam pohon di sekitar pekarangan Anda.
- Ikut mendukung kampanye pelestarian alam.
b. Gas Rumah Kaca Lepas ke Udara, Saat Kita...
- Menyalakan televisi.
- Memasang AC.
- Menyalakan lampu.
- Menggunakan pengering rambut.
- Mengendarai mobil/motor.
- Bermain video game.
- Menyalakan radio.
- Menggunakan microwave/oven.
- Mencuci atau mengeringkan pakaian dengan mesin.
- Membuang sampah ke tempat penimbunan sampah.
- Menggunakan batu bara sebagai bahan bakar.
0 komentar:
Posting Komentar